SELAMAT DATANG SOBAT...

Senin, 03 Oktober 2011

Sinerji Kekuatan dalam Berda’wah

Dengan nada bertanya Allah menandaskan bahwa berda’wah adalah perbuatan yang paling mulia.
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” [QS Fushshilat : 33] .

Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada ucapan yang lebih baik dari ucapan yang menyeru manusia kembali ke jalan Allah. Tidak ada tulisan atau perbuatan yang lebih baik dari tulisan atau perbuatan yang menyeru manusia kembali ke jalan Allah.

Akan tetapi banyaknya sasaran, luasnya wilayah, dan besarnya biaya da’wah menyebabkan beban da’wah menjadi sangat berat. Untuk itu diperlukan kehidupan berjama’ah untuk meringankan beban da’wah.

Dalam konteks da’wah di Indonesia, jangkauannya tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan sasaran lebih dari 200 juta jiwa. Tidak ada seorang da’i yang mampu sendirian menyeru mereka kembali ke jalan Allah. Diperlukan sebuah jama’ah yang solid untuk mengkoodinasikan kerja da’wah. Dalam konteks ini ada imam (pemimpin), ada makmum (yang dipimpin) dan hubungan antara mereka diatur menurut petunjuk Allah.


Sebagai manajer da’wah, Imam akan mengatur zona da’wah dan menugasi para da’i ke berbagai zona da’wah. Mereka bisa mamanfaatkan media cetak dan elektronik untuk menunjang da’wah. Pemancar radio dan televisi misalnya, sangat mendukung memperluas jangkauan dakwah. Apalagi bila pancarannya dibantu dengan satelit.

Lamanya waktu berda’wah adalah sampai qiyamat. Padahal usia para da’i sangat pendek. Untuk itu perlu dipersiapkan generasi da’wah yang siap menerima tongkat estafet da’wah. Akan tetapi krisis rumah tangga yang ditandai dengan tingginya angka perceraian dan banyaknya keluarga bubrah alias broken home menjadi ancaman serius terhadap penyiapan generasi da’wah.

Melihat betapa pentingnya generasi yang lebih baik untuk menunjang da’wah, maka wajib bagi pemuda Islam menikah dengan wanita shalihah untuk membangun rumah tangga yang sakinah, yang akan menjadi tempat persemaian para calon pemegang tongkat estafet da’wah.

Saudaraku, jangkauan da’wah yang sangat luas memerlukan biaya yang sangat banyak. Tidak seorangpun mampu membiayai da’wah sendirian. Untuk itu diperlukan sebuah jama’ah yang menghimpun orang-orang yang memiliki harta (dzu maalin), yang memiliki ilmu (dzu ‘ilmin), dan yang memiliki kekuatan (dzu quwwatin) untuk menghasilkan kekuatan yang lebih besar.

Satu kekuatan yang bermanfa’at untuk menembus rintangan dan menjadi tempat mencari pertolongan bagi yang mengalami ancaman dalam berda’wah. Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Yadullaahi ma’al-jamaa’ah”. Allah akan memberikan kekuatan atau pertolongan kepada orang-orang yang hidup dalam berjama’ah. Sebagai makhluq sosial kehidupan berjama’ah merupakan sebuah fithrah yang tidak perlu ditakuti.

Kehidupan berjama’ah akan mengundang rahmat Allah, sebaliknya kehidupan yang pecah belah akan mengundang adzab. Al-Jamaa’atu rahmah wal-firqatu ‘adzaab. Prinsip itu sesuai dengan pepatah yang mengatakan: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua untuk hidup berjama’ah, sehingga rahmat Allah tercurah kepada kita semua melalui jalan da’wah, aamiin.

Dikutip dari MTA-Online: Berjamaah Dalam Berdakwah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar